Senin, 25 Mei 2015

Review Blackberry Z3

Tulisan ini adalah review pribadi saya atas Blackberry Z3. Sebagai pengguna blackberry dari jaman BB 7290, 8700, 8320, 8520 dan 9700, maka wajar jika secara alamiah lebih memilih beli BB Z3 dibandingkan tipe smartphone lainnya (android, iOS dan Win Mobile). Yap, saya juga punya Samsung android inventaris kantor. Tapi sayang rasanya jika setting data di handheld terdahulu yang udah susah-susah disetting tidak bisa dipindah ke smartphone baru.

Begitulah, ketika dapet rejeki maka segera keliling di BEC untuk hunting BB OS10 yang sesuai budget. Setelah dapat harga termurah dengan garansi resmi, maka segeralah dibungkus satu buah BB Z3 alias Jakarta. Nama kota di Indonesia, dan publikasi bahwa BB ini dirancang khusus untuk habbit orang Indonesia adalah faktor tambahan untuk menjatuhkan pilihan di BB tipe ini. Handheldnya made in China, tapi aksesoris seperti handsfree atau charger made in Indonesia. Lumayan, ada Indonesianya lah.

Speknya  bisa visit http://www.gsmarena.com/blackberry_z3-6163.php . Kalau dibandingkan saudara tuanya yang lebih mahal, BB Z10, maka ada beberapa perbedaan sbb :
  1. Baterai Z3 38% lebih besar kapasitasnya, sedikit lebih awet. Tapi rata-rata BB10 itu baterainya tidak ada yang tahan sampai 24 jam.
  2. Layar lebih besar Z3 sedikit, lebih berat 16% dari Z10
  3. RAM Z10 33% lebih besar dari Z3, jadi Z10 lebih ngebut
  4. Resolusi layar Z10 lebih tajam dan lebih terang, tapi baterai juga kesedot di layar
  5. Resolusi kamera Z10 60% lebih besar dari Z3
  6. Baterai Z3 tidak bisa dicopot dan diganti. Z10 bisa
 Kembali pada unit yang saya beli, ternyata cukup besar dan berat. Agak susah jadinya simpan di kantong, apalagi celana jeans. Tipenya sering disebut sebagai phablet (phone tablet) karena terlalu besar untuk sebuah phone, tapi terlalu kecil untuk disebut tablet. Waktu lihat di tokonya sih sepertinya kecil, ternyata agak lain kalau sudah di rumah. Di sisi lain, beratnya itu memang membuat kita percaya bahwa ini bukan phone asal jadi, mantap kalau digenggam. Terasa kokoh, kekar dan awet.

Dari segi desain, warnanya yang hitam glossy dengan ujung-ujung sudut yang lancip membuatnya terkesan maskulin dan cocok untuk dibawa ke meja meeting. Karet di case bagian belakang membuat Z3 mantap digenggam, tidak mudah bergeser kalau disimpan di meja, dan cukup melindungi kalau terjatuh. Sebuah detail sederhana yang sangat bermanfaat.

Ternyata benar, BB 10 memiliki arsitektur software yang berbeda jauh dengan BBOS. Ini adalah Blackberry dengan rasa android. Memindahkan data dari BB 8700 lama ke BB 10 ini memusingkan kepala. BB 10 cuma punya fasilitas memindahkan data dari BB OS 5.0 ke atas. Metode lain pemindahan data adalah lewat BB ID atau BB protect. Celakanya fasilitas itu semua belum ada di BB OS 4.5, apalagi BB 8700 itu belum punya SD card sebagai external storage. Resiko kehilangan data sudah harus diperhitungkan.


Metode pemindahan data kontak yang saya ambil sangat panjang. Untungnya ada mail Gmail yang saya sync di android, sehingga kontak di BB 8700 dan android bisa sama. Kemudian, contact address book itu di save ke SD card di android dalam bentuk file csv. SD card android itu lalu dicabut dan dipindah ke BB Z3. File csv nya diimport menggunakan aplikasi ContactsImEx yang didapat dari appworld, phonebook pun resmi direstore ke BB Z3. Sementara contact BBM berhasil direstore dari backup via email. Untungnya BBM di 8700 sudah diasosiasikan dengan sebuah mail, sehingga tinggal backup dan restore dari email itu. BBM contact berhasil restore dengan mulus tanpa harus broadcast contact bahwa kita sudah ganti pin.

Sayangnya BB10 ini tidak bisa lagi setup dari operator.blackberry.com, padahal ini adalah fitur alternatif yang sangat berguna yang sudah tidak dikenal pengguna BB masa kini. Akibatnya mail setup harus dilakukan manual satu persatu, jadinya data di memo dan password keeper juga hilang. Apalagi BB10 tidak bisa device switch dari Desktop Manager, karena sudah diganti jadi BB link. Metoda restore dari backup dan device switch hanya bisa dilakukan dari OS 5.0 ke atas, atau restore via BB protect dan BB ID.

Keseluruhan, saya perlu 2 minggu untuk proses migrasi data dan 2 bulan untuk membiasakan penggunaan BB 10. Blackberry memang bukan untuk mereka yang cari sesuatu secara mudah, karena proses opreknya pun sebenarnya cukup mengasyikkan dan menantang. Tantangan terbesar saya adalah mengetik di touch screen yang tidak semudah mengetik via keyboard. Touch screen nya BB Z3 memang mantap, tapi mengetik via virtual keyboard itu cenderung banyak typo-nya. Untungnya BB Z3 sudah dilengkapi auto text baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Setelah 2 bulan itu, BB Z3 saya sudah bisa prediksi dengan baik kata-kata apa yang akan saya ketik. Fasilitas autotext bahasa Indonesia ini sangat mengagumkan, lagi-lagi menegaskan bahwa Z3 memang dirancang untuk Indonesia.

Speed untuk browsing di BB Z3 ini cukup cepat, tidak ada lagi lag ataupun java lang error yang sering dijumpai di BBOS sebelumnya. Unit BB Z3 saya dari Oktober 2014 sampai sekarang belum pernah hang, padahal BBOS sebelumnya sangat terkenal dengan metode hard reset. BB Z3 ini konektifitasnya memang hanya sampai 3G, tapi sebenarnya tidak jadi masalah karena di luar Jakarta memang jaringan seluler kita masih amburadul jadi tidak begitu terasa bedanya 4G/3G/2G karena rasanya lebih banyak 2G.

Teorinya, BB Z3 ini dirancang untuk bisa menggunakan apps nya android. Prakteknya, ternyata apps dari appworld cukup banyak. Jauh lebih banyak dari apps nya BBOS. Setidaknya untuk profil penggunaan saya, apps tidak terlalu jadi masalah (karena memang jarang pakai apps yang macam-macam, apalagi games). Saya butuh BB untuk berkomunikasi (text based), bukan untuk browsing dan pakai apps. Apabila anda lebih butuh browsing dan apps, sebaiknya pindah ke android atau iOS (lebih bagus lagi pakai laptop, sih ).

Sayangnya, saya belum ketemu jodohnya BB dari sisi operator selular. Nomor In****t yang saya pakai jatuhnya terlalu mahal. Paket unlimited yang saya pakai sekarang, harganya 50 ribu dengan FUP hanya 500 MB/bulan. Bandingkan dengan axis yang bisa dapat FUP 2GB/bulan dengan biaya 49 ribu. FUP dari operator kuning ini hanya bisa bertahan 10 hari tiap bulannya, selanjutnya harus rajin berburu free wi-fi. Sayangnya free wi-fi si kuning di Bandung banyak yang ngadat, penderitaan saya untuk browsing dan download semakin bertambah. Percuma juga handheldnya bagus tapi bandwith tidak mendukung. Jadi dari pengalaman saya pribadi, si kuning dan BB10 itu kurang cocok, padahal saya sudah pakai nomor si kuning sejak BB7290 dengan OS 4.2.

Verdict :
BB Z3 ini cukup memuaskan. BB 10 yang versi low end ini memiliki desain yang bagus dan tidak asal, kesannya sangat sturdy dan durable. Sisi desainnya tidak kalah jika dibandingkan dengan Z30 sekalipun. BB Z3 ini sangat cocok dengan profil orang Indonesia yang ekstensif komunikasinya dalam jaringan selular yang amburadul. Apps untuk BB10 lebih banyak dibandingkan BBOS, sayangnya banyak apps favorit saya justru hilang (free apps adzan dan quran yang handal misalnya). Sebenarnya, menjalankan apps dan browsing itu jauh lebih enak dilakukan via laptop, jadi sisi ini tidak jadi masalah besar buat saya. Yakinkan pilih operator yang handal dan murah supaya lebih maksimum penggunaan BB Z3 nya.

Satu yang mengganjal adalah harganya yang cukup mahal untuk kelas low end. Harganya lebih cocok masuk di kelas mid range, hanya saja fiturnya sudah banyak dilucuti kalau masuk di mid range. Mereka yang banyak akses website dan konten visual sangat cocok dengan versi BB touch screen ini, sementara mereka yang lebih banyak tulis e-mail dan chat sebaiknya menengok seri Q5 atau Q10 yang punya keyboard fisik. Mereka yang sering ke luar kota, sebaiknya bertahan di BBOS, karena BB10 ini baterainya maksimal hanya 18 jam. Powerbank dan colokan listrik adalah sesuatu yang akrab untuk user BB10.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar