aswin's blog

Pikiran, perasaan dan photo dari Aswin Hery Wijoyono

Senin, 25 Mei 2015

Review Blackberry Z3

Tulisan ini adalah review pribadi saya atas Blackberry Z3. Sebagai pengguna blackberry dari jaman BB 7290, 8700, 8320, 8520 dan 9700, maka wajar jika secara alamiah lebih memilih beli BB Z3 dibandingkan tipe smartphone lainnya (android, iOS dan Win Mobile). Yap, saya juga punya Samsung android inventaris kantor. Tapi sayang rasanya jika setting data di handheld terdahulu yang udah susah-susah disetting tidak bisa dipindah ke smartphone baru.

Begitulah, ketika dapet rejeki maka segera keliling di BEC untuk hunting BB OS10 yang sesuai budget. Setelah dapat harga termurah dengan garansi resmi, maka segeralah dibungkus satu buah BB Z3 alias Jakarta. Nama kota di Indonesia, dan publikasi bahwa BB ini dirancang khusus untuk habbit orang Indonesia adalah faktor tambahan untuk menjatuhkan pilihan di BB tipe ini. Handheldnya made in China, tapi aksesoris seperti handsfree atau charger made in Indonesia. Lumayan, ada Indonesianya lah.

Speknya  bisa visit http://www.gsmarena.com/blackberry_z3-6163.php . Kalau dibandingkan saudara tuanya yang lebih mahal, BB Z10, maka ada beberapa perbedaan sbb :
  1. Baterai Z3 38% lebih besar kapasitasnya, sedikit lebih awet. Tapi rata-rata BB10 itu baterainya tidak ada yang tahan sampai 24 jam.
  2. Layar lebih besar Z3 sedikit, lebih berat 16% dari Z10
  3. RAM Z10 33% lebih besar dari Z3, jadi Z10 lebih ngebut
  4. Resolusi layar Z10 lebih tajam dan lebih terang, tapi baterai juga kesedot di layar
  5. Resolusi kamera Z10 60% lebih besar dari Z3
  6. Baterai Z3 tidak bisa dicopot dan diganti. Z10 bisa
 Kembali pada unit yang saya beli, ternyata cukup besar dan berat. Agak susah jadinya simpan di kantong, apalagi celana jeans. Tipenya sering disebut sebagai phablet (phone tablet) karena terlalu besar untuk sebuah phone, tapi terlalu kecil untuk disebut tablet. Waktu lihat di tokonya sih sepertinya kecil, ternyata agak lain kalau sudah di rumah. Di sisi lain, beratnya itu memang membuat kita percaya bahwa ini bukan phone asal jadi, mantap kalau digenggam. Terasa kokoh, kekar dan awet.

Dari segi desain, warnanya yang hitam glossy dengan ujung-ujung sudut yang lancip membuatnya terkesan maskulin dan cocok untuk dibawa ke meja meeting. Karet di case bagian belakang membuat Z3 mantap digenggam, tidak mudah bergeser kalau disimpan di meja, dan cukup melindungi kalau terjatuh. Sebuah detail sederhana yang sangat bermanfaat.

Ternyata benar, BB 10 memiliki arsitektur software yang berbeda jauh dengan BBOS. Ini adalah Blackberry dengan rasa android. Memindahkan data dari BB 8700 lama ke BB 10 ini memusingkan kepala. BB 10 cuma punya fasilitas memindahkan data dari BB OS 5.0 ke atas. Metode lain pemindahan data adalah lewat BB ID atau BB protect. Celakanya fasilitas itu semua belum ada di BB OS 4.5, apalagi BB 8700 itu belum punya SD card sebagai external storage. Resiko kehilangan data sudah harus diperhitungkan.


Metode pemindahan data kontak yang saya ambil sangat panjang. Untungnya ada mail Gmail yang saya sync di android, sehingga kontak di BB 8700 dan android bisa sama. Kemudian, contact address book itu di save ke SD card di android dalam bentuk file csv. SD card android itu lalu dicabut dan dipindah ke BB Z3. File csv nya diimport menggunakan aplikasi ContactsImEx yang didapat dari appworld, phonebook pun resmi direstore ke BB Z3. Sementara contact BBM berhasil direstore dari backup via email. Untungnya BBM di 8700 sudah diasosiasikan dengan sebuah mail, sehingga tinggal backup dan restore dari email itu. BBM contact berhasil restore dengan mulus tanpa harus broadcast contact bahwa kita sudah ganti pin.

Sayangnya BB10 ini tidak bisa lagi setup dari operator.blackberry.com, padahal ini adalah fitur alternatif yang sangat berguna yang sudah tidak dikenal pengguna BB masa kini. Akibatnya mail setup harus dilakukan manual satu persatu, jadinya data di memo dan password keeper juga hilang. Apalagi BB10 tidak bisa device switch dari Desktop Manager, karena sudah diganti jadi BB link. Metoda restore dari backup dan device switch hanya bisa dilakukan dari OS 5.0 ke atas, atau restore via BB protect dan BB ID.

Keseluruhan, saya perlu 2 minggu untuk proses migrasi data dan 2 bulan untuk membiasakan penggunaan BB 10. Blackberry memang bukan untuk mereka yang cari sesuatu secara mudah, karena proses opreknya pun sebenarnya cukup mengasyikkan dan menantang. Tantangan terbesar saya adalah mengetik di touch screen yang tidak semudah mengetik via keyboard. Touch screen nya BB Z3 memang mantap, tapi mengetik via virtual keyboard itu cenderung banyak typo-nya. Untungnya BB Z3 sudah dilengkapi auto text baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Setelah 2 bulan itu, BB Z3 saya sudah bisa prediksi dengan baik kata-kata apa yang akan saya ketik. Fasilitas autotext bahasa Indonesia ini sangat mengagumkan, lagi-lagi menegaskan bahwa Z3 memang dirancang untuk Indonesia.

Speed untuk browsing di BB Z3 ini cukup cepat, tidak ada lagi lag ataupun java lang error yang sering dijumpai di BBOS sebelumnya. Unit BB Z3 saya dari Oktober 2014 sampai sekarang belum pernah hang, padahal BBOS sebelumnya sangat terkenal dengan metode hard reset. BB Z3 ini konektifitasnya memang hanya sampai 3G, tapi sebenarnya tidak jadi masalah karena di luar Jakarta memang jaringan seluler kita masih amburadul jadi tidak begitu terasa bedanya 4G/3G/2G karena rasanya lebih banyak 2G.

Teorinya, BB Z3 ini dirancang untuk bisa menggunakan apps nya android. Prakteknya, ternyata apps dari appworld cukup banyak. Jauh lebih banyak dari apps nya BBOS. Setidaknya untuk profil penggunaan saya, apps tidak terlalu jadi masalah (karena memang jarang pakai apps yang macam-macam, apalagi games). Saya butuh BB untuk berkomunikasi (text based), bukan untuk browsing dan pakai apps. Apabila anda lebih butuh browsing dan apps, sebaiknya pindah ke android atau iOS (lebih bagus lagi pakai laptop, sih ).

Sayangnya, saya belum ketemu jodohnya BB dari sisi operator selular. Nomor In****t yang saya pakai jatuhnya terlalu mahal. Paket unlimited yang saya pakai sekarang, harganya 50 ribu dengan FUP hanya 500 MB/bulan. Bandingkan dengan axis yang bisa dapat FUP 2GB/bulan dengan biaya 49 ribu. FUP dari operator kuning ini hanya bisa bertahan 10 hari tiap bulannya, selanjutnya harus rajin berburu free wi-fi. Sayangnya free wi-fi si kuning di Bandung banyak yang ngadat, penderitaan saya untuk browsing dan download semakin bertambah. Percuma juga handheldnya bagus tapi bandwith tidak mendukung. Jadi dari pengalaman saya pribadi, si kuning dan BB10 itu kurang cocok, padahal saya sudah pakai nomor si kuning sejak BB7290 dengan OS 4.2.

Verdict :
BB Z3 ini cukup memuaskan. BB 10 yang versi low end ini memiliki desain yang bagus dan tidak asal, kesannya sangat sturdy dan durable. Sisi desainnya tidak kalah jika dibandingkan dengan Z30 sekalipun. BB Z3 ini sangat cocok dengan profil orang Indonesia yang ekstensif komunikasinya dalam jaringan selular yang amburadul. Apps untuk BB10 lebih banyak dibandingkan BBOS, sayangnya banyak apps favorit saya justru hilang (free apps adzan dan quran yang handal misalnya). Sebenarnya, menjalankan apps dan browsing itu jauh lebih enak dilakukan via laptop, jadi sisi ini tidak jadi masalah besar buat saya. Yakinkan pilih operator yang handal dan murah supaya lebih maksimum penggunaan BB Z3 nya.

Satu yang mengganjal adalah harganya yang cukup mahal untuk kelas low end. Harganya lebih cocok masuk di kelas mid range, hanya saja fiturnya sudah banyak dilucuti kalau masuk di mid range. Mereka yang banyak akses website dan konten visual sangat cocok dengan versi BB touch screen ini, sementara mereka yang lebih banyak tulis e-mail dan chat sebaiknya menengok seri Q5 atau Q10 yang punya keyboard fisik. Mereka yang sering ke luar kota, sebaiknya bertahan di BBOS, karena BB10 ini baterainya maksimal hanya 18 jam. Powerbank dan colokan listrik adalah sesuatu yang akrab untuk user BB10.


Selasa, 10 Juni 2014

Alternatif desain undangan ulang tahun

Sebenarnya, posting berikut ini bukanlah mengungkap desain yang ideal untuk sebuah birthday invitation. Posting ini adalah pengalaman pribadi saat kepepet menghadapi ulang tahun putra saya pada saat menginjak usia 6 tahun, pada waktu singkat tiba-tiba harus membuat sebuah kartu undangan ulang tahun.

Saya belum pernah membuat acara ulang tahun untuk anak sebelumnya. Anak saya sendiri sebetulnya agak pemalu, tidak pernah terbayangkan bahwa ia akan meminta ulang tahunnya dirayakan di sekolah. Namun, ketika mendadak ia meminta dirayakan ulang tahunnya di TK bersama teman-teman, maka seketika harus sibuk bersiap dalam waktu singkat. Pikir-pikir, belum tentu ke depannya ia masih bisa dibuatkan pesta ulang tahun mengingat usia yang semakin beranjak besar.


Tentu bukan pesta yang besar dan meriah yang mampu kami lakukan. Mengingat waktu yang dimiliki, maka pilihan jatuh pada konsep acara sederhana, singkat, mandiri dan hangat. Hampir semua hal dilakukan sendiri, dari mulai membuat kue ulang tahun, bingkisan dan snack, dan lainnya. Salah satu yang tertinggal adalah membuat kartu undangannya, padahal waktu itu sudah masuk H-4.

Jadi mendadak, coba didesain gambar kartu undangan yang bisa dibuat sendiri di rumah. Kami punya foto menarik yang cukup bisa dijadikan background sekaligus POI kartu yang menarik. Kebetulan foto itu saya yang potret sendiri di studio. Desain kartu undangan dibuat berdasarkan foto tersebut. Kebetulan foto itu dibuat dengan clean white background dengan pose yang ceria, cocok untuk menggambarkan keriangan anak yang berulang tahun. Tinggal sisipkan keterangan tanggal, tempat, dan nama event. Istri saya mengusulkan agar ditambahkan kata-kata undangan agar penerima undangan bisa dengan cepat mencerna isi kartu undangan tersebut.

Desain dibuat dengan model  postcard, mengingat waktu yang cukup mepet. Sebenarnya masih bisa ditambahkan sampul plastik ataupun sampul putih agar lebih manis, jadi desain ini sebenarnya fleksibel. Bila dipergunakan sebagai postcard maka nama dan alamat penerima undangan bisa ditulis tangan di belakangnya. Jika ingin diberikan pita di sudut ujung juga masih bisa untuk variasi sebagai handle yang manis.

Setelah desain selesai, lalu diprint di rumah dengan menggunakan kertas foto ukuran A4. kemudian digunting dibagi 4 bagian sehingga hasil akhir adalah ukuran postcard atau sekitar ukuran A6. Prosesnya selesai pada H-4 malam, sekitar pukul 22.30. Undangan itu sendiri baru disebar pada H-3.

Begitulah riwayat kartu undangan ulang tahun ini berdasarkan versi mepet, kelupaan, dan DIY. Mungkin bisa jadi alternatif untuk mereka yang hampir kelupaan tanggal ulang tahun anaknya :)



Selasa, 25 Februari 2014

Convert MOV ke AVI menggunakan avidemux

Baru-baru ini saya mencoba membuat video menggunakan DSLR Canon EOS 1100 D, pinjaman punya orang. Ternyata file video yang dihasilkan oleh Canon EOS 1100 D adalah .mov yang biasanya digunakan oleh apple. File .mov memang memiliki besaran file yang cenderung lebih kecil daripada file .avi.


Nah, masalahnya software video editor yang saya gunakan sudah agak outdated dan tidak bisa impor file tersebut untuk diedit. Untuk beli software video editor yang baru rasanya agak berat. Terakhir saya periksa, adobe premiere CS6 itu $969, dan membutuhkan hardware komputer yang di atas rata-rata.


Dalam keadaan seperti ini, opensource menjadi penyelamat. Saya mencoba download avidemux 2.5.6 yang merupakan freeware untuk edit dan convert video sederhana. Ternyata ampuh juga, avidemux ini cukup ampuh untuk mengubah file .mov menjadi file .avi yang bisa digunakan di Windows Movie Maker atau video editor jadul lainnya.


O,ya..file .mov yang dihasilkan EOS 1100 D itu menggunakan encoder H.264 dengan uncompressed PCM audio (at 16 bit 48KHz), dan disimpan dalam QuickTime MOV wrapper. File .mov ini bisa dibuka dengan menggunakan Quicktime, bahkan dengan Quicktime Pro anda bisa mengubah MOV ini menjadi uncompressed AVI. Masalahnya, Quicktime memang gratis, tapi Quicktime Pro itu berbayar. File MOV yang saya punya memiliki resolusi 1280x720 pixel. Saya rasa OS Win XP jaman lama agak susah membuka file semacam ini.


Nah, Avidemux ternyata cukup ampuh menjadi jembatan bagi teknologi masa kini dengan software jaman lampau. Dan...tentu saja gratisnya itu yang jadi pertimbangan. Konfigurasi yang saya pergunakan untuk convert mov itu adalah :
Video : Mpeg-4 ASP (mpeg4)
Audio : PCM -> filter resampling di 48000 hz
Format : AVI.
Lalu pencet ctrl-s dan save as xxxx.avi. Jangan lupa .avi ditulis manual di nama file-nya.


Hasil akhirnya membuat MOV bisa dirubah jadi AVI untuk diolah di WMM atau ulead atau apapun video editor jadul berbasis AVI yang anda miliki. Tantangan buat saya ke depan adalah mencari video editor opensource yang memiliki minimal 2 layer video, layer audio dan title yang bisa langsung burning ke DVD video tapi juga bisa menghasilkan file High Definition 1080p. Rasanya memang MS windows jadi makin jauh tertinggal dibanding linux.

Selasa, 03 September 2013

Photobooth

Photobooth bandung
Pernah datang ke acara ulang tahun atau wedding terus foto-foto dengan tuan rumah ? Biasanya habis foto-foto ya sudah terus pulang, sebagian besar tamu tidak pernah lihat hasil fotonya apalagi bisa membawa pulang hasil cetak fotonya. Padahal, sudah gaya dandan maksimum ke salon segala macem.

Sekarang ini suka ada layanan photobooth, jadi tamu bisa langsung cetak fotonya setelah selesai berfotoria bersama pengantin atau teman-teman lainnya. Kecepatan cetaknya cepat sekali, antara 11-30 detik setelah pemotretan fotonya sudah langsung jadi dan bisa dibawa pulang. Tinta dan kertasnya juga harus kualitas khusus, sehingga tidak luntur ke baju tamu. Fotonya juga harus bisa tahan lama, ada merk yang bisa sampai tahan 200 tahun katanya.

Photobooth ini betul-betul bisa menambah kesan meriah bagi tamu undangan, hasil fotonya pun cukup mumpuni sebagai suvenir yang paling update dari acara tersebut. Apalagi kalau dihiasi dengan template dan watermark berupa tanggal dan tempat event itu terjadi, memorabilia yang makin istimewa.

Tempat untuk photobooth ini juga tidak perlu terlalu luas. 3x2 meter dengan beberapa meja untuk laptop dan printer sudah sangat memadai. Beberapa aksesoris seperti topeng, topi koboy, syal bulu, kacamata warna-warni, kumis palsu, wig warna-warni, blangkon sudah mampu membuat foto yang dihasilkan semakin "tidak standar"

Selain cocok untuk wedding, untuk ulangtahun, reuni, launching product, corporate events juga sangat cocok. Jadi EO dapat mengkoordinir bagian dekor untuk membuat background yang unik dan kreatif, fotografer beraksi, dan tamu mendapat suvenir foto diri yang unik.

Kamis, 01 Maret 2012

www.winnersdigital.com

Dulu, kami memulai untuk mencoba membuat website antara lain lewat blogspot. Pertimbangannya adalah karena gratis, sudah punya account gmail, dan sudah populer. Belum sampai fasih menggunakan blog, dapat tugas dari kantor untuk membuat website kantor waktu itu. Bermodalkan Joomla, jadilah itu website yang cukup memadai untuk sebuah perusahaan yang baru startup. Karena waktu itu kantor saya adalah sebuah group yang punya 18 anak perusahaan, jadilah saya puyeng sendiri tenggelam dalam Joomla.

Setelah keluar dari kantor tersebut, baru mulai terpikirkan untuk membuat website untuk project kami sendiri. Pilihannya adalah Google apps. Waktu itu Google apps menyediakan email gratis, situs gratis, bisa digabungkan dengan akun blogspot, domainnya juga cukup murah (kurang lebih $10). Di situlah kami membuat www.winnersdigital.com . Google betul-betul membantu kami setup bisnis kecil-kecilan, sesuatu yang tidak pernah dilayani dengan baik oleh pemerintah.

Sayangnya hari ini Google apps sudah mulai menjurus berbayar. Kalau anda signup untuk Google apps baru, mungkin hanya dapat 10 user gratis. Selebihnya harus bayar $5/user/bulan. halaman situsnya juga menghilang, diganti Google sites. Masih gratis, tapi ada embel-embel "powered by google sites" di footernya. Bukan sesuatu yang bagus untuk sebuah situs bisnis.

Ini membuat saya berkelana mencari hosting dan domain murah untuk eksperimen. Sempat memakai hosting gratis di 000webhost dan beberapa hostingan gratis lainnya. Sayangnya keterbatasan fasilitas dari hosting gratisan ini membuat saya bertambah pusing kalau mau pakai CMS. kalau mau versi HTML, sayangnya tidak punya software pembuat website macam MS frontpage atau Dreamweaver. CMS masih simpel dan mudah digunakan secara free.

Pilihan pertama jatuh di siteground.com, dengan biaya $9/tahun. Sialnya saya tidak tahu kalau itu cuma harga promo. Harga normalnya $107/tahun, autodebit lagi dari kartu kredit. Damn ! Tapi setidaknya saya bisa berkesperimen membuat www.aswinhery.co.cc dan www.winnersdigital.co.nr. situs dibuat dengan Zenphoto, sebuah CMS untuk foto yang cukup komplit dan sederhana. Sayangnya CMS gratis begini dokumentasinya tidak lengkap. Jadi kita harus bolak-balik belajar dan membongkar-bongkar forum berbahasa Inggris (Kecuali bayar).

Selanjutnya ada lagi tawaran dari Google.co.id untuk membuat situs www.winnersdigital.co.id. Dengan template yang mirip dengan Google Sites dan sudah built ini dengan Analytic, membuat proses pembuatannya jadi cukup menarik. Walaupun sebagaimana template-template Google lainnya, jadi agak susah untuk membuat customization untuk pengguna yang sudah veteran. Jadinya agak repot kalau mau submit URL di search engine, karena jadi susah verifikasinya. Versi Indonesia dari Google Site ini kehilangan menu "manage site" yang ada di Google
Sites versi aslinya sana.

Pada akhirnya, kami sekarang punya www. winnersdigital.com, www.winnersdigital.co.nr, www.winnersdigital.co.id, dan sebentar lagi www.winnersdigital.co.cc. Tujuannya bukan untuk serius internet marketing dengan segala teori SEO itu, we are just having fun with it !

Mudah-mudahan Agustus nanti semua website itu bisa dikumpulkan di satu hosting dan benar-benar terhubung satu sama lain. Supaya nanti bisa kelihatan lebih "serius". At least we are now practicing "Learning by Doing".

Rabu, 28 Desember 2011

Prewedding Jatiluhur

Beberapa saat yang lalu, kami menerima pesanan untuk pemotretan prewedding. Kelihatannya kedua calon pengantin ingin sekali berfoto di pantai berpasir putih. Bahkan awalnya sempat ingin berfoto underwater. Sayangnya karena budget yang tidak memungkinkan, kita coba modifikasi dengan melakukan pemotretan di pinggir laut.

Mulailah kami menyusun rencana pemotretan di Pantai Ujung Genteng. Kebetulan Pengantinnya sudah menyetujui untuk menanggung biaya akomodasi di sana. Setelah hotel dan tempat dibooking, ternyata Calon Pengantin Wanitanya sakit ! Tentu saja rencana yang dibuat buyar semua.

Beberapa minggu kemudian, setelah semuanya sehat, kami kembali memberi saran agar pemotretan dilakukan tidak terlalu jauh dari Bandung. Saran ini diberikan mengingat kondisi kesehatan pasangan Pengantin, dan waktu akad nikah yang sudah semakin mepet.

Dari sekian tempat yang mungkin kita pakai, akhirnya kita memutuskan untuk pergi ke waduk Jatiluhur di Purwakarta. Walaupun terletak di Gunung, tetapi viewnya masih bisa dapat view pantai. Pengamat foto yang tidak terlalu hafal lokasi mungkin tidak akan menyadari kalau foto preweddingnya nanti sebenarnya difoto di waduk Jatiluhur, bukan di pantai betulan :)

Setelah kita datang ke sana, akhirnya kita menemukan foto-foto yang unik. Unik karena di dalamnya ada unsur air, pantai, dan gunung sekaligus dalam satu frame bersama pengantinnya. Suatu hal yang belum tentu kita dapat kalau berfoto di pantai yang sebenarnya.

Foto-foto dilakukan di dekat PLTA-nya, di Pulau Aki, di atas perahu, dan di Pelabuhan Biru. Walaupun cuaca panas sekali, tapi kita bisa dapat gambar yang cukup memuaskan dalam suasana fun. Makeup artist yang kali ini bekerjasama di project ini sampai berkomentar bahwa dia tidak berasa sedang merias sebuah pemotretan prewedding, tapi rasanya seperti sedang nonton OVJ :). Mudah-mudahan bukan karena tampang saya mirip Sule.

Selasa, 17 Maret 2009

Mematikan port USB

Port USB sekarang ini menjadi saluran yang penting dalam pertukaran data di Indonesia. Harga internet yang masih mahal dan infrastrukturnya yang belum tersebar luas membuat pertukaran data di perkantoran dan pendidikan menjadi sangat mengandalkan USB Flash disk atau alat-alat sejenis.

Namun adakalanya sebuah institusi mencoba mencegah agar port USB ini tidak bisa aktif. Alasannya bisa sangat beragam. Alasan pertama adalah banyaknya virus-virus lokal buatan dalam negeri yang menyebar via USB flash disk dan penyimpan data USB lainnya (MP3 Player, memory card, Harddisk external, dll). Celakanya virus lokal ini tidak mudah di sembuhkan lewat anti virus yang saat ini tersedia di pasaran, karena anti virus yang sekarang populer digunakan berasal dari luar negeri. Anti virus yang berasal dari luar negeri ini tentu akan sangat lambat mengikuti perkembangan virus lokal yang menyebar di Indonesia ini, apalagi virus-virus lokal ini tidak menyebar via internet.

Menghadapi virus-virus lokal ini harus menggunakan antivirus buatan dalam negeri seperti ANSAV atau PCMAV. Sayangnya program antivirus ini juga harus terus diperbaharui via internet agar mudah menghadapi serangan virus terbaru, sementara internetnya juga masih susah ditemui. Kondisi seperti ini jelas menjadi problem bagi IT administrator untuk melakukan pemeliharaan komputer di kantor. Seandainya komputer kantor sudah bersih dari virus, namun USB flashdisknya masih terpapar virus atau komputernya di rumah masih terpapar virus, tentu komputer kantor juga akan kembali terkena virus lewat USB port.

Alasan kedua Port USB ini harus ditutup adalah kekhawatiran adanya data-data penting yang tersebar keluar melalui karyawan atau staf ahlinya sendiri. Biasanya kondisi ini dihadapi oleh instansi negara yang memiliki data-data rahasia. Mereka tidak ingin ada kebocoran data dari pegawai, eks staf ahli, penyidik atau siapa pun yang memiliki akses ke pusat data mereka hanya karena USB flashdisk yang dihubungkan ke komputer. Selalu ada resiko penyimpan data USB-nya hilang atau dijual. Meskipun penyimpan data USB ini sudah diformat, namun ternyata selalu ada cara khusus untuk memunculkan kembali file yang sudah dihapus.

Bila anda memang menginginkan tingkat keamanan data di komputer anda tidak terganggu oleh resiko-resiko dari port USB ini, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menutup port USB yang ada di komputer anda.

Cara pertama yang paling mudah adalah lewat BIOS. Pada BIOS keluaran terbaru, terdapat pengaturan untuk mematikan port USB ini. Disable-kan saja port USB dari BIOS, setelah itu jangan lupa untuk mengamankan setting BIOS ini dengan menggunakan password sehingga tidak sembarang user bisa membuka port BIOS.

Cara kedua bisa melalui edit registry. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Pada menu Run ketik "REGEDIT"
2. maka akan kluar tampilan windows registry editor
3. klik "HKEY_LOCAL_MACHINE"
4. klik "SYSTEM"
5. klik "currentControlSet"
6. Klik "SERVICES"
7. KLIK "USBTOR"
8. double KLIK pada "Start" dan ubah value data dari 3 menjadi 4
9. kemudian tutup windows registry editor,
10. coba masukkan Flash disk, maka flash dis tidak akan terdeteksi

Catatan :
value data 3 artinya USB ==> bisa diaplikasikan/aktif

value data 4 artinya USB ==> TIDAK bisa diaplikasikan/tidak aktif

Tentu saja edit registry ini adalah untuk sistem operasi windows, untuk Mac atau linux mungkin ada cara lain.